Memberikan Pembelajaran kepada Anak dari Peristiwa dan Kejadian
Bersama Pemateri :
Ustadz Abdullah Zaen
Memberikan Pembelajaran kepada Anak dari Peristiwa dan Kejadian adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam ilmiah dengan pembahasan tentang cara mendidik anak secara Islami (fiqih pendidikan anak). Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Abdullah Zaen, M.A. pada 29 Rajab 1439 H / 16 April 2018 M.
Download mp3 kajian sebelumnya: Manfaat Pembelajaran Anak dengan Kisah dan Cerita
Kajian Tentang Memberikan Pembelajaran kepada Anak dari Peristiwa dan Kejadian
Kajian ini membahas tentang metode pembelajaran anak di rumah bagian yang ke-5. Pada pertemuan-pertemuan sebelumnya berarti kita telah membahas tiga metode dalam mendidik anak di rumah. Kali ini kita akan membahas metode yang ke-4 di dalam mendidik. Yaitu:
4. Mengambil pelajaran dari berbagai peristiwa dan kejadian
Satu hal yang sering kita lupakan bahwa mendidik anak bukan satu atau dua jam. Apalagi satu atau dua menit. Mendidik anak adalah sebuah proses yang berlangsung setiap saat. Sehingga yang namanya pendidikan anak bukan hanya di sekolahan, bukan hanya di kelas, dan ketika di rumah pun tidak harus anak itu duduk manis di hadapan kita sambil sedakep di depannya ada meja dan duduk dengan bersila.
Pendidikan anak berlaku di setiap saat. Sehingga peristiwa sehari-hari kita sebenarnya adalah kejadian besar walaupun dianggap sebagai sesuatu yang sepele. Karena peristiwa keseharian yang dialami oleh anak akan mempengaruhi sikap dia pada kesempatan-kesempatan yang akan datang. Contoh, kenapa pelecehan kepada anak berbahaya buat anak itu di masa yang akan datang? Karena betapa banyak anak-anak yang merusak masa depannya dengan satu kejadian. Maaf, contohnya adalah pelecehan seksual. Ternyata dibeberapa kasus yang kita dengar, orang-orang yang menjadi predator anak-anak ternyata dahulunya dia pernah menjadi korban. Dan ternyata kejadian itu sulit untuk dia lupakan. Akhirnya ketika dia besar, dia pun menjadi pelaku, bukan lagi menjadi kurban. Ini satu contoh, bagaimana peristiwa yang dialami oleh anak akan mempengaruhi perilaku dia dimasa yang akan datang.
Maka dari itu pendidik yang cerdas, orang tua yang cerdas tidak akan membiarkan peristiwa berlalu begitu saja tanpa mengambil pelajaran untuk dirinya dan untuk putra-putrinya. Peristiwa-peristiwa yang kita alami dan juga yang dialami oleh anak-anak kita ini bisa dijadikan sebagai media pengajaran, pengarahan, bimbingan dan sarana untuk meluruskan kekeliruan yang ada didalam diri putra-putri kita.
Begitulah metode Al-Qur’an. Kita tahu semua bahwa Al-Qur’an diturunkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala kepada Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak sekaligus. Akan tetapi diturunkan secara bertahap. Dari 30 jus ini, Allah subhanahu wa ta’ala turunkan kepada Nabi kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam selama kurang lebih 23 setengah tahun. Terkadang turun satu surat, kadang turun satu ayat, kadang turun 2 ayat dan kebanyakan turunnya ayat berdasarkan peristiwa. Ini yang diistilahkan dengan Asbabun Nuzul.
Apakah Allah subhanahu wa ta’ala tidak mampu untuk menurunkan Al-Qur’an langsung 30jus? Tentu mampu. Bahkan pertanyaan inilah yang diungkapkan oleh orang-orang yang tidak beriman. Kenapa Al-Qur’an tidak diturunkan sekaligus? Karena kalau Al-Qur’an diturunkan secara bertahap, maka keimanan yang ada di dalam hati pun akan semakin kuat. Jadi ketika Anda memberikan nasihat penting yang perlu disampaikan kepada anak, Anda harus sabar. Pendidikan tidak bisa sekaligus. Pendidikan membutuhkan tahapan.
Al-Qur’an diturunkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala secara bertahap. Diantara hikmahnya adalah mengokohkan sebuah keyakinan. Kita contoh contoh untuk hal ini, yaitu sebuah peristiwa yang diistilahkan dengan perang Hunain. Perang ini adalah salah satu peperangan yang terjadi di zaman Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam yang kondisinya tidak umum. Rata-rata, peperangan antara kaum muslimin dengan kaum musyrikin terjadi dengan jumlah pasukan kaum muslimin lebih sedikit. Pada perang Hunain, pasukan kaum muslimin lebih banyak dari pada kaum musyrikin. Maka saat itu orang-orang yang keimanannya belum terlalu dalam karena baru masuk Islam. Diantara mereka ini ada orang-orang yang kagum, yang takjub dengan banyaknya jumlah. Bahkan sampai terlontar kalimat, “Hari ini mustahil kita kalah, karena jumlah kita lebih banyak.” Ini kejadian. Dan kejadian ini “direspon” oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Allah ‘azza wa jalla ingin memberikan pelajaran kepada kaum muslimin dan kepada kita semua bahwa kemenangan bukan dengan jumlah. Kemenangan bukan dengan kuantitas. Akan tetapi kemenangan itu pokoknya ada dalam kualitas keimanan, kualitas ketaqwaan yang ada didalam hati kita. Allah subhanahu wa ta’ala mengingatkan dalam surat At-Taubah ayat 25. Allah turunkan ayat ini ketika ada kejadian supaya ayat itu terus diingat. Orang begitu dia mendengar ayat ini ingat dengan kejadian perang Hunain. Allah berfirman:
لَقَدْ نَصَرَكُمُ اللَّـهُ فِي مَوَاطِنَ كَثِيرَةٍ ۙ وَيَوْمَ حُنَيْنٍ ۙ إِذْ أَعْجَبَتْكُمْ كَثْرَتُكُمْ فَلَمْ تُغْنِ عَنكُمْ شَيْئًا وَضَاقَتْ عَلَيْكُمُ الْأَرْضُ بِمَا رَحُبَتْ ثُمَّ وَلَّيْتُم مُّدْبِرِينَ ﴿٢٥﴾
“Sesungguhnya Allah telah menolong kamu (hai para mukminin) di medan peperangan yang banyak, dan (ingatlah) peperangan Hunain, yaitu diwaktu kamu menjadi congkak karena banyaknya jumlah(mu), maka jumlah yang banyak itu tidak memberi manfaat kepadamu sedikitpun, dan bumi yang luas itu telah terasa sempit olehmu, kemudian kamu lari kebelakang dengan bercerai-berai.” (At-Taubah[9]: 25)
Didalam ayat ini, bahwa kemenangan adalah karunia, kemenangan adalah anugerah dari Allah subhanahu wa ta’ala untuk hamba-hambanya yang memenuhi syarat untuk dimenangkan. Dan kejadian kemenangan itu bukan sekali dua kali, Allah sebutkan didalam banyak kesempatan.
Simak penjelasannya pada menit ke-12:35
Simak Penjelasan Lengkap dan Download mp3 Kajian Tentang Memberikan Pembelajaran kepada Anak dari Peristiwa dan Kejadian
Podcast: Play in new window | Download
Artikel asli: https://www.radiorodja.com/45580-memberikan-pembelajaran-kepada-anak-dari-peristiwa-dan-kejadian/